Saat SD, aku
memang paling anti terhadap bahasa Inggris. Yah! Aku sangat sangat membencinya,
karena saat guruku menjelaskan entah kenapa aku tidak pernah nyambung dengan
pelajaran bahasa Inggris. Jadi, itu alasannya kenapa aku membencinya karena aku
tidak pernah mengerti bahasa Inggris itu apa. Lebih-lebih saat aku kelas 6 SD,
saat-saat yang paling menentukan bagi siswa-siswi untuk menentukan
kelulusannnya.
Tapi, guru ku
saat itu memang jarang sekali masuk ke kelas, alasannya beragam. Suami dari
guru bahasa Inggris ku saat SD memang terkena penyakit parah, jadi guru ku harus
merawatnya. Dan akhirnya dalam beberapa kesempatan dia absent dari kelas. Aku
dilemma antara senang dan sedih, senang karena aku tidak suka dengan bahasa
Inggris aku piker aku bisa mengistirahatkan pikiranku. Karena otakku bekerja
keras ketika memikirkan bahasa Inggris.
Tapi aku juga
sedih karena, aku akan mengahadapi UAN. Sedangkan aku tidak tahu apa-apa
tentang bahasa Inggris, jadi aku bingungnya bukan kepalang. Tapi aku tidak bisa
melakukan apa-apa karena memang aku tidak kursus bahasa Inggris. Karena, aku
tidak mau merepotkan orang tua untuk membuang-buang uang demi hala yang aku
benci. Akupun berusaha untuk belajar bahasa Inggris sendiri di rumah, dan
ternyata GATOT (gagal total).
Saat aku masuk
ke MTsN, aku masih saja membenci bahasa Inggris. Ditambah lagi ada guru bahasa
Inggris ku yang pilih kasih terhadap muridnya. Ya! Anak yang pintar bahasa
Inggris, pasti dia sayang dan dibangga-banggakan. Sedangkan anak yang tidak
bisa apa-apa seperti aku ini, kadang-kadang saja diperhatikan. Itulah yang
membuatku makin dan makin benci dengan bahasa Inggris, dan makin pesimis bisa
bahasa Inggris. Aku heran pada salah satu temanku.
Dia pintar
bahasa Inggris, dan pastinya dia menjadi murid kesangan guruku. Entah kenapa
saat itu aku ingin sekali memperdalam bahasa Inggrisku, mungkin karena aku juga
ingin diperhatikan oleh guruku. Teman-teman sekelasku yang lain pada cuek,
karena menurut mereka “ngapain cari-cari perhatian? Wong kita gak akan pernah
diperhatikan kalau kita tidak pintar”. Memang, statment itu benar! Tapi aku
tidak menyerah, secara ajaib aku ingin memperdalam bahasa Inggrisku.
Akhirnya, aku
mulai berteman dengan anak yang pintar bahasa Inggris tersebut. Aku ingin
sekali diajari bahasa Inggris, dan dia membantuku sedikit-demi sedikit. Dan
akhirnya bahasa Inggris ku juga berkembang secara bertahap. Kelas 2 dan 3 MTsN
aku makin bisa berbahasa Inggris, dan tampaknya aku mulai menyukai bahasa
Inggris.
Saat aku masuk
ke MANBA, aku mendengar bahwa ada seorang guru yang hebat. Katanya sih, kalau
kita sudah dikenal oleh guru ini dan menjadi muridnya. Katanya kita akan pintar
berbahasa Inggris, guru ini adalah guru
yang paling ditakuti oleh anak-anak MANBA karena dia selalu member tugas yang
menumpuk minta ampun. Aku makin tertantang mendengar kabar ini, dan ingin
sekali menjadi muridnya. Akhirnya, kesempatan ku pun datang juga! Ada ekstra
yang diadakan di MANBA yang bernama SISBIN (Siswa Bina) bahasa Inggris. Nah!
Guru inilah yang memegang ekstra ini, aku jadi bersemangat sekali mengikuti
kursus ini.
Dan akhirnya
aku lolos masuk ke kursus itu, bahkan beberapa kali aku di percaya guru
tersebut untuk mengikuti beberapa lomba bahasa Inggris.
0 komentar:
Posting Komentar