Subscribe:

Pages

Rabu, 12 Desember 2012

English and ME



       Saat SD, aku memang paling anti terhadap bahasa Inggris. Yah! Aku sangat sangat membencinya, karena saat guruku menjelaskan entah kenapa aku tidak pernah nyambung dengan pelajaran bahasa Inggris. Jadi, itu alasannya kenapa aku membencinya karena aku tidak pernah mengerti bahasa Inggris itu apa. Lebih-lebih saat aku kelas 6 SD, saat-saat yang paling menentukan bagi siswa-siswi untuk menentukan kelulusannnya.
       Tapi, guru ku saat itu memang jarang sekali masuk ke kelas, alasannya beragam. Suami dari guru bahasa Inggris ku saat SD memang terkena penyakit parah, jadi guru ku harus merawatnya. Dan akhirnya dalam beberapa kesempatan dia absent dari kelas. Aku dilemma antara senang dan sedih, senang karena aku tidak suka dengan bahasa Inggris aku piker aku bisa mengistirahatkan pikiranku. Karena otakku bekerja keras ketika memikirkan bahasa Inggris.
       Tapi aku juga sedih karena, aku akan mengahadapi UAN. Sedangkan aku tidak tahu apa-apa tentang bahasa Inggris, jadi aku bingungnya bukan kepalang. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa karena memang aku tidak kursus bahasa Inggris. Karena, aku tidak mau merepotkan orang tua untuk membuang-buang uang demi hala yang aku benci. Akupun berusaha untuk belajar bahasa Inggris sendiri di rumah, dan ternyata GATOT (gagal total).
       Saat aku masuk ke MTsN, aku masih saja membenci bahasa Inggris. Ditambah lagi ada guru bahasa Inggris ku yang pilih kasih terhadap muridnya. Ya! Anak yang pintar bahasa Inggris, pasti dia sayang dan dibangga-banggakan. Sedangkan anak yang tidak bisa apa-apa seperti aku ini, kadang-kadang saja diperhatikan. Itulah yang membuatku makin dan makin benci dengan bahasa Inggris, dan makin pesimis bisa bahasa Inggris. Aku heran pada salah satu temanku.
       Dia pintar bahasa Inggris, dan pastinya dia menjadi murid kesangan guruku. Entah kenapa saat itu aku ingin sekali memperdalam bahasa Inggrisku, mungkin karena aku juga ingin diperhatikan oleh guruku. Teman-teman sekelasku yang lain pada cuek, karena menurut mereka “ngapain cari-cari perhatian? Wong kita gak akan pernah diperhatikan kalau kita tidak pintar”. Memang, statment itu benar! Tapi aku tidak menyerah, secara ajaib aku ingin memperdalam bahasa Inggrisku.
       Akhirnya, aku mulai berteman dengan anak yang pintar bahasa Inggris tersebut. Aku ingin sekali diajari bahasa Inggris, dan dia membantuku sedikit-demi sedikit. Dan akhirnya bahasa Inggris ku juga berkembang secara bertahap. Kelas 2 dan 3 MTsN aku makin bisa berbahasa Inggris, dan tampaknya aku mulai menyukai bahasa Inggris.
       Saat aku masuk ke MANBA, aku mendengar bahwa ada seorang guru yang hebat. Katanya sih, kalau kita sudah dikenal oleh guru ini dan menjadi muridnya. Katanya kita akan pintar berbahasa  Inggris, guru ini adalah guru yang paling ditakuti oleh anak-anak MANBA karena dia selalu member tugas yang menumpuk minta ampun. Aku makin tertantang mendengar kabar ini, dan ingin sekali menjadi muridnya. Akhirnya, kesempatan ku pun datang juga! Ada ekstra yang diadakan di MANBA yang bernama SISBIN (Siswa Bina) bahasa Inggris. Nah! Guru inilah yang memegang ekstra ini, aku jadi bersemangat sekali mengikuti kursus ini.
       Dan akhirnya aku lolos masuk ke kursus itu, bahkan beberapa kali aku di percaya guru tersebut untuk mengikuti beberapa lomba bahasa Inggris.




0 komentar:

Posting Komentar